Kamis, 02 April 2015

EKONOMI KAPITALIS



Abstrak:
Sistem Ekonomi Islam berangkat dari kesadaran tentang etika, sebuah ethical economy, sedangkan sistem ekonomi lain, baik kapitalisme maupun sosialisme, berangkat dari kepentingan (interest). Kapitalisme berangkat dari kepentingan perorangan (selfishness) dan sosialisme berangkat dari kepentingan kolektif (collectivism). Ekonomi Islam meletakkan hak individu dan masyarakat dalam neraca keseimbangan yang adil. Berkenaan dengan bagaimana konsep ekonomi Islam itu, terdapat tiga madzhab yang memiliki pandangan yang berbeda, yaitu:
Pertama, madzhab Bagir al-Sadr yang memandang bahwa ilmu ekonomi (economics) tidak pernah bisa sejalan dengan Islam, karena keduanya berasal dari filosofi yang saling kontradiktif. Karenanya, madzhab ini menggunakan istilah iqtishâd, bukan ekonomi Islam.
Kedua, madzhab Mainstream yang berpandangan bahwa, sebagaimana ekonomi konvensional, kelangkaan sumber daya menjadi penyebab munculnya masalah ekonomi.
Ketiga, madzhab Alternatif Kritis yang berpendapat bahwa analisis kritis bukan saja harus dilakukan terhadap sosialisme dan kapitalisme, tetapi juga terhadap ekonomi Islam itu sendiri.

Pendahuluan
Pada saat masyarakat dan bangsa Indonesia, khususnya kaum Muslim, mengalami krisis dalam berbagai bidang kehidupan, khususnya dalam bidang ekonomi, terdapat kesadaran transcendental untuk mengembalikan persoalan ini pada ajaran Islam. Meskipun pada mulanya ajaran Islam dalam bidang ekonomi dianggap sebagai alternatif, akan tetapi secara bertahap dan mudah-mudahan meyakinkan, menjadi satu-satunya pilihan dan keniscayaan. Hal ini setelah disadari bersama bahwa baik sistem kapitalis individualistis yang dibangun dan dikembangkan oleh blok Barat, maupun system komunis sosialis yang dibangun oleh blok Timur, ternyata tidak mampu menjawab berbagai persoalan ekonomi dan tidak mampu pula memberikan solusi bagi setiap persoalan kemanusiaan yang terjadi. Namun yang terjadi malah sebaliknya, kerusakan dalam semua bidang kehidupan.
Banyak tokoh-tokoh yang mempersoalkan sistem ekonomi yang kini sedang menguasai dunia, salah satu di antaranya adalah M.Umer Chapra.[1] Sisi-sisi kelemahan dan kekurangan dari system  ekonomi konvensional telah banyak diungkapkannya melalui tulisan-tulisan ilmiahnya seputar persoalan ekonomi. Paling tidak ada tiga sistem ekonomi konvensional yang menjadi obyek kritik ilmiahnya, yaitu, kapitalisme, sosialisme dan negara kesejahteraan (welfare state).
Kegagalan ekonomi konvensional inilah, menurut Chapra, menyebabkan munculnya upaya untuk mencari alternatif. Di sinilah ekonomi Islam dianggap berpotensi untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan umum, yang merupakan dambaan semua orang.  Hal ini secara langsung membawa kita pada pertanyaan mengapa ekonomi konvensional gagal dan apa yang bisa membuat kita merasa yakin dengan masa depan Ekonomi Islam?
Berangkat dari pertanyaan tersebut tulisan ini menjadi penting, untuk mengulas tentang berbagai konsep yang berkaitan dengan sistem Ekonomi Islam disertai perbandingan dengan system ekonomi konvensional agar dapat menambah khazanah dan penguatan kesadaran untuk melakukan proses Islamisasi dalam berbagai aktivitas ekonomi.

Kapitalisme: Latar Belakang, Falsafah dan Prinsip-prinsipnya
Konsep Kapitalisme terutama dapat ditelusuri dari tulisan para ahli teori sosialis. Karya Sombart adalah konsep kapitalisme yang secara pasti diakui sebagai dasar bagi sistem pemikiran ekonomi. Konsep ini menunjukkan bahwa Kapitalisme adalah suatu sistem ekonomi yang secara jelas ditandai oleh berkuasanya kapital. Seperti sistem ekonomi lainnya, kapitalisme juga mengandung unsur pokok yang merupakan semangat atau pandangan ekonomi – jumlah dari keseluruhan tujuan, motif dan prinsip. Motif dan prinsip ini didominasi oleh tiga gagasan: perolehan, persaingan, dan rasionalitas[2]
Jiwa peraturan kapitalisme terlihat jelas pada egoisme, bebas menumpuk harta kekayaan, mengembangkannya dan membelanjakannya. Pemikiran yang berorientasi kepada individualisme sama sekali tidak memperhatikan kepentingan orang lain kecuali kalau ada manfaat yang dipetiknya. Mereka tidak mementingkan kemaslahatan  orang lain jika itu bertentangan dengan kemaslahatan sendiri. Slogan mereka “bersaing dengan lawan” dan bertekad mengalahkannya.[3]
Tujuan kegiatan ekonomi dalam kapitalisme ialah perolehan menurut ukuran uang. Gagasan memperbanyak jumlah uang yang tersedia merupakan kebalikan dari gagasan memperoleh nafkah yang menguasai semua sistem prakapitalis, terutama ekonomi kerajinan tangan feodal. Sekalipun perolehan merupakan tujuan dari kegiatan ekonomi, namun sikap yang ditunjukkan dalam proses ini dapat dilukiskan sebagai kebebasan perolehan dari luar. Karena kebebasannya dari peraturan, kapitalisme pada hakikatnya bersandar pada keseluruhan individu akan kekuasaan alaminya. Karena itu kegiatan ekonomi ini berhubungan erat dengan resiko pribadi, tapi si pelaku ekonomi bebas untuk mengusahakan keberhasilan ekonomi dengan cara apa saja yang dipilihnya, asal saja tidak melanggar hukum.
Sesungguhnya, kapitalisme seperti yang kita hadapi dewasa ini mendewakan uang atau kediktatoran dolar. Demikianlah G.G. Wells berkata: “Kapitalisme adalah sesuatu yang tidak dapat didefinisikan, tetapi pada umumnya kita menyebutnya sebagai system kapitalis, suatu komplek kebiasaan tradisional, energi perolehan yang tidak terkendalikan, dan kesempatan jahat serta pemborosan hidup”.
Ada beberapa ciri-ciri kapitalisme yang menonjol, yaitu sebagai berikut:
1.       Tidak ada Perencanaan, yaitu tidak adanya suatu rencana ekonomi sentral merupakan salah satu ciri kapitalisme yang sangat menonjol. Para ahli ekonomi Kapitalis bersandar pada tindakan individu yang bebas (tapi saling tergantung) dari jutaan ekonomi pribadi. Dan tindakan ini tidak terkoordinasi oleh suatu rencana pusat. Harga pasar, tidak ditentukan oleh pemerintah tetapi oleh kekuatan pasar itu sendiri.
2.       Kekuasaan Konsumen, yaitu tidak adanya suatu rencana ekonomi sentral mengandung arti adanya kekuasaan para konsumen dalam ekonomi kapitalis. Tetapi adanya kekuasaan konsumen ini justru membahayakan konsumen itu sendiri, karena mereka yang mewajibkan dan kekuasaan untuk berencan sangat dimungkinkan selalu tergoda untuk menggantikan keputusan mereka (yang dianggap superior) dengan keinginan para konsumen.
3.       Kebebasan memilih pekerjaan. Hal ini selalu dianggap sebagaisalah satu ciri terpenting kapitalis. Jadi kebebasan memilihpekerjaan ini mengandung arti bahwa untuk menarik suplai darisuatu jenis khusus tenaga kerja yang mencukupi pada suatuindustri, dimana tenaga kerja ini menjadi sangat dibutuhkan, makapemberian upah harus cukup tinggi agar mempunyai daya tarik.
4.       Kebebasan Berusaha, yaitu kebebasan dalam berusaha merupakanciri lain dari kapitalis. Kebebasan usaha swasta ini merupakanadanya alat produksi material oleh swasta. Tanpa hak pemilikanini tentunya hampir tidak mungkin ada suatu ekonomi yang tidakmungkin ada suatu ekonomi yang tidak terencana, yangmengandung arti kebebasan prakarsa individual, lembaga hakmilik pribadi dianggap sebagai bagian dari sistem kapitalisme.
5.       Kebebasan Untuk Menabung dan Menginvestasi, yaitu dalamkapitalisme, hak untuk menabung didukung dan ditingkatkanoleh hak untuk mewariskan kekayaan. Karena itu kebebasan untukmenabung, mewarisi, dan untuk menumpuk kekayaan lebihmerupakan ciri khas kapitalisme.
6.       Persaingan dan Monopoli, yaitu struktur ekonomi kapitalis adalahstruktur bersaing. Hal tersebut merupakan suatu keharusan,karena jumlah persaingan yang cukup, sangat diperlukan bilaseluruh proses produksi dan distribusi diatur oleh kekuatan pasar.Kapitalisme menyatakan bahwa persaingan dapat menyebabkansuatu proses seleksi alami dan dengannya setiap individu dapatmencapai tingkat dalam posisi yang paling mampu (tinggi) danmenyingkirkan lawan-lawan bisnisnya.

Kritik terhadap Kapitalisme
ada empat serangan penting terhadapkapitalisme, yaitu:
1.       Serangan yang paling utama adalah bahwa distribusi kekayaandan pendapatan yang tidak merata menyebabkan ketidakmerataandalam kekuasaan ekonomi dan politik.
2.       Kapitalisme sering dianggap kurang produktif dibandingkandengan sistem kolektif yang dapat merencanakan pembangunandengan cermat. Terutama, dikemukakan bahwa keuntungan tidakidentik dengan produktifitas dan persaingan seringkali berlebihan.
3.       Bersamaan dengan itu menurut banyak pengamat, kapitalismetidak cukup kompetitif. Motif laba dan perjuangan yang kompetitifbersama dengan teknologi modern, menyababkan kecenderunganmonopoli yang tampaknya melanggar filsafat kapitalismesesungguhnya. Dalam kecaman ini kaum sosialis dan pendukungekonomi pasar sejalan, walaupun tidak sependapat dalam halperbaikan yang tepat.
4.       Kapitalisme tidak selalu mempertahankan kesempatan kerja yangtinggi. Artinya terjadinya pengangguran besar-besaran yangmerupakan penyakit sosial paling berbahaya yang dihadapi olehsistem ekonomi. Menurut pengamatan Laski, seorang ilmuwanpolitik Inggris terkenal: “Sistem produksi Kapitalisme dewasa inidikecam dari hampir setiap sudut analisis. Sistem ini membuatsebagian dari msyarakat menjadi parasit atas lainnya, dan iamerebut sebagian besar kesempatan untuk hidup pada taraf manusiawi.”
Sosialisme: Latar Belakang, Falsafah dan Prinsip-prinsipnya

Sosialisme seperti yang dirumuskan dalam Encylopaedia Britannica, adalah kebijakan atau teori yang bertujuan untuk memperoleh suatu distribusi yang lebih baik dengan tindakan otoritas demokratis pusat, dan kepadanya perolehan produksi kekayaan yang lebih baik daripada yang kini berlaku sebagaimana mestinya diarahkan.
Jiwa peraturan sosialis bertolak belakang dengan kapitalisme. Ia bersikap buruk sangka terhadap individu. Kaum sosialis merampas seluruh hak pribadi demi kemaslahatan bersama, dalam hal ini negara. Visi mereka adalah kemaslahatan bersama di atas
kemaslahatan individu.[1]
Dalam mencapai tujuannya, faham sosialis bersandar pada kekuasaan, tepatnya kekuasaan negara dan kediktatoran pemimpin. Negara adalah penggerak dan kompas bagi perekonomian rakyat. Individu sama sekali tidak berperan dan tidak mempunyai andil
dalam investasi harta negara.
Menurut Taqyuddin An-Nabhani, di antara prinsip-prinsip aliran ini adalah:
(1) Mewujudkan kesamaan (equality) secara riil;
(2) Menghapus pemilikan individu (private property) secara keseluruhan
atau sebagian; dan
(3) Mengatur produksi dan distribusi secara lengkap.
Menurut Joad, berbagai tindakan yang dianjurkan sosialisme untuk sosialisasi kehidupan masyarakat adalah:
Pertama, Penghapusan milik pribadi atas alat produksi. Hal ini akan digantikan oleh milik pemerintah serta pengawasan atas industri dan pelayanan utama.
Kedua, sifat dan luasnya industri dan produksi mengabdi kepada kebutuhan sosial dan bukan pada motif laba.
Ketiga, dalam kapitalisme daya penggerak adalah laba pribadi. Hal ini akan digantikan oleh motif pelayanan sosial.
Adapun ciri-ciri menonjol dari sistem ekonomi Sosialis adalah:
Pertama, adanya Perencanaan. Sistem ekonomi kapitalis bersandar pada kebebasan tindakan perseorangan dari jutaan ekonomi pribadi. Tetapi dalam sosialisme, terdapat perencanaan terpusat tentang kehidupan ekonomi negara. Berbagai cabang produksi akan dikembangkan dengan selaras oleh otoritas perencanaan pusat untuk mengabdi pada kepentingan msyarakat secara keseluruhan.
Kedua, distribusi Pendapatan. Telah diketahui bahwa distribusi kekayaan dan pendapatan kapitalis sangat tidak merata dan terbatas. Hal ini berbeda dengan sosialis yang membentuk distribusi pendapatan yang lebih merata. Pernyataan ini didasarkan atas kenyataan bahwa hak milik negara atas alat-alat produksi dapat menghapuskan apa yang disebut pendapatan yang diterima tanpa kerja oleh orang-orang swasta. Bunga, sewa dan laba
diberikan kepada pemerintah.
Ketiga, perusahaan Negara. Dalam sosialisme, industri tidak dalam tangan perusahaan perorangan, tetapi dikendalikan melalui suatu jenis organisasi umum (perusahaan negara).

Kritik terhadap Sosialisme
Di antara beberapa kritikan-kritikan terhadap sistem ekonomi sosialis adalah:
1. Keputusan suatu otoritas perencanaan pusat akan menjadi sewenang-wenang dan mungkin ekonomi akan menderita karena suatu tingkat akumulasi modal yang keliru.
2. Konon suatu rintangan bagi efisiensi produksi dalam sosialisme terletak dalam kenyataan tidak adanya persaingan, sehingga prinsip seleksi alami dalam industri akan hancur.
3. Masalah penetapan harga dalam sosialisme akan menghadirkan kesulitan besar karena sosialisme akan mencampuri ekonomi alami yang terkandung dalam sistem harga bersaing.
4. Perusahaan kolektif selalu dikaitkan dengan pemborosan yang tidak menentu dan tidak efisien. Karena bila tidak korup, perusahaan kolektif pun akan mati karena birokrasi dan peraturan kaku yang rutin.

Keseimbangan dalam Ekonomi Islam
Jiwa tatanan dalam Islam adalah keseimbangan yang adil. Hal ini terlihat jelas pada sikap Islam terhadap hak individu dan masyarakat. Kedua hak itu diletakkan dalam neraca keseimbangan yang adil (pertengahan) tentang dunia dan akhirat, jiwa dan raga, akal dan hati. Ekonomi yang moderat tidak mendzalimi masyarakat khususnya kaum lemah sebagaimana yang terjadi pada masyarakat kapitalis. Islam juga tidak mendzalimi hak individu sebagaimana yang dilakukan oleh kaum sosialis.[2]
Membuat perbandingan antara ekonomi Islam dan system ekonomi lainnya tidaklah semudah yang diperkirakan. Tantangan zaman yang dihadapi Islam dewasa ini menunjukkan kepada kita perlunya suatu analisis yang dapat menunjukkan di mana Islam lebih unggul daripada yang lainnya dalam memenuhi tujuan tertentu.
            zaman yang dihadapi Islam dewasa ini menunjukkan kepada kita perlunya suatu analisis yang dapat menunjukkan di mana Islam lebih unggul daripada yang lainnya dalam memenuhi tujuan tertentu.
            Islam meletakkan ekonomi pada posisi tengah dan keseimbangan yang adil dalam bidang ekonomi. Keseimbangan diterapkan dalam segala segi, imbang antara modal dan usaha, antara produksi dan konsumsi, antara produsen dan konsumen dan antara golongan-golongan dalam masyarakat.
            Islam bertujuan untuk mencapai suatu sistem sosial yang bernafaskan keadilan dan kesejahteraan bagi ummatnya. Salah satu ciri dari sistem ekonomi Islam yaitu tidak dikenalnya istilah “bunga uang” dalam seluruh praktik kehidupan ekonominya.
            Ada beberapa prinsip dalam ekonomi Islam yang menjadikannya berbeda dengan sistem ekonomi lainnya seperti diuraikan berikut ini:
1.       Dalam ekonomi Islam, berbagai jenis sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan Tuhan kepada manusia, sebagai orang yang dipercayai-Nya. Manusia harus memanfaatkannya seefisien dan seoptimal mungkin dalam berproduksi guna memenuhi kesejahteraan secara bersama di dunia yaitu untuk diri sendiri dan orang lain, dan terpenting kegiatan tersebut akan dipertanggungjawabkan di akhirat nanti. Konsep ini berimplikasi penting tentang pemilikan aset atau alat produksi. Karena itu, aktivitas ekonomi seorang muslim digerakkan oleh motivasi impersonal dalam rangka memenuhi tanggung jawabnya sebagai manusia yang beriman. Jadi prinsip ekonomi Islam adalah amat berbeda dengan prinsip ekonomi kapitaslis yang mendasarkan pada kepentingan diri sendiri (self interest principle).
2.        



[1] Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997),
hlm. 70
[2] Menurut Kuntowijoyo, Sistem Ekonomi Islam berangkat dari kesadaran tentang etika, sebuah ethical economy, sedangkan system ekonomi lain, baik kapitalisme maupun sosialisme, berangkat dari kepentingan (interest). Kapitalisme berangkat dari kepentingan perorangan (selfishness) dan sosialisme berangkat dari kepentingan kolektif (collectivism). Dengan ekonomi berdasar etika itu agama tidak menjadi alat bagi suatu kepentingan. Tugas umat ialah memikirkan bahwa agamanya menghendaki sebuah ethical economy tetapi tetap tanggap kepada kepentingan-kepentingan yang nyata.


[1] M. Umer Chapra adalah ekonom kelahiran Pakistan. Mengajar di beberapa perguruan tinggi di Amerika Serikat. Alumni Universitas of Minnesota, Amerika Serikat ini telah mempublikasikan secara luas tulisan-tulisannya di bidang ekonomi dan keuangan Islam. Karya utamanya yang mendapat sambutan luas adalah Towards a just Monetary System yang diterbitkan Islamic Foundation (1985). Ia juga menerima sejumlah penghargaan, termasuk Islamic Development Bank Award for Islamic Economics dan King Faysal International Award for Islamic Studies yang prestisius, keduanya pada tahun 1989, dan Institute of Overseas Pakistanis’ Award for service to Islam pada tahun 1995.
[2] Muhammad Abdul Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1993), hlm. 311
[3] Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), hlm. 69

Tidak ada komentar :

Posting Komentar