Kamis, 16 April 2015

Pemaknaan Lirik Lagu Gloomy Sunday Karya Rezso Seress (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Lirik Lagu Gloomy Sunday Karya Rezso Seress).

Penelitian ini berdasarkan pada fenomena misteri sebuah lagu yang mengakibatkan bagi siapa saja yang mendengarnya dapat melakukan aksi bunuh diri, yaitu “Gloomy Sunday”. Ini terjadi di berbagai Negara di luar Indonesia, di Hungaria khususnya. Bahkan, penciptanya sendiri juga melakukan bunuh diri setelah lagu ini meledak menjadi hit pertamanya. Seiring dengan banyaknya kasus bunuh diri yang terjadi akibat lagu “Gloomy Sunday”, maka hal ini telah menjadi fenomena di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Berdasarkan analisis dari lirik lagu “Gloomy Sunday” ini menggambarkan di suatu Minggu yang suram telah terjadi sesuatu yang tidak terduga, bahwa seorang kekasih telah pergi meninggalkan (meninggal dunia) seseorang yang sangat mencintainya. Setelah kematian seorang kekasih tersebut, kehidupan seseorang ini menjadi suram dan kehidupan yang dilewati penuh dengan bayang-bayang kekasih yang tercinta. Seseorang tersebut juga melalui hari-harinya dengan penuh kegelisahan yang tak tertahankan. Sehingga pada akhirnya ia membuat suatu keputusan untuk mengakhiri semuanya dengan cara bunuh diri. Keputusan itu ia lakukan demi bertemu dan agar dapat bersama-sama dengan kekasih yang tercinta. Semua itu hanya terjadi di Minggu yang suram.
LATAR BELAKANG
lirik lagu “Gloomy Sunday”. Pada awalnya judul lagu yang sebenarnya adalah “Szomorú
Vasárnap”, lalu diaransemen kembali ke dalam bahasa Inggris yang berjudul “Gloomy Sunday” yang tercipta pada 1933 dan merupakan karya dari seorang komposer dan pemain piano autodidak bernama Reszo Seress asal Budapest, Hungaria. Lagu ini terkenal sebagai lagu pengiring kematian pada era tersebut karena banyak yang telah menjadi korban bunuh diri. Masyarakat seolah-olah terhipnotis setelah mendengar lagu tersebut. Rezso Seress sang penciptanya juga meninggal akibat bunuh diri pada 1968.
Dikatakan, Rezso Seress bunuh diri karena menyadari bahwa setelah “Gloomy Sunday” meledak menjadi hit pertamanya diberbagai negara, dia berpikir bahwa dia tidak akan pernah lagi bisa menciptakan hit seperti itu untuk yang kedua kalinya. Oleh karena itu, dia berniat untuk mengakhiri hidupnya. Rezso Seress diberitakan bunuh diri pada 1968 di hari Minggu dengan meloncati jendela apartemen dari tempat tinggalnya.
Pada 1997, Billy Mackenzie penyanyi yang merekam lagu “Gloomy Sunday” di tahun 1982 juga mati bunuh diri di dekat rumah ayahnya. Bahkan, katanya apabila lagu “Gloomy Sunday” ini dimainkan tanpa lirik (suara penyanyi) atau hanya berupa instrumental saja, maka pendengarnya akan tertidur berat dan mengalami mimpi buruk yang kelihatan nyata sekali.
Di negeri asalnya sendiri, Hungaria, lagu ini dilarang keras untuk beredar karena telah menyebabkan meningkatnya gelombang bunuh diri di Negara tersebut. Lagu “Gloomy Sunday” sendiri hilang dari peredaran dan menjadi terlupakan semenjak adanya perang Adolf Hitler di tahun 1930-an, lagu ini dimusnahkan, dan versi aslinya sudah tidak ada lagi, mengingat banyak yang telah menjadi korban dari lagu ini. Dalam siaran radio BBC (British Broadcasting Channel) di London, lagu tersebut dilarang keras untuk di udarakan.
Rasa penasaran yang mendalam membuat masyarakat Indonesia untuk mencari tahu tentang kebenaran mistis dari lagu “Gloomy Sunday”. Setelah itu, mereka menyatakan sesuatu setelah mendengar lagu tersebut. Pernyataan dari masing-masing mereka terangkum dalam sebuah forum besar di internet, yaitu Kaskus.
Beberapa di antara mereka ada yang berpendapat biasa saja dan ada yang merasa seram, merinding, dan ketakutan. Ada juga yang mengungkapkan bahwa “Gloomy Sunday” merupakan lagu yang dapat mengosongkan pikiran.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah pemaknaan lirik lagu “Gloomy Sunday” karya Rezso Seress?
====================================================
Skripsi Inggrid Natalia (2012),
Pemaknaan Lirik Lagu Gloomy Sunday Karya Rezso Seress (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Lirik Lagu Gloomy Sunday Karya Rezso Seress).

Selasa, 14 April 2015

Presiden Non-Muslim di Negara Muslim

  1. Pendahuluan
Bolehkah seorang non-muslim menjadi pemimpin di daerah yang mayoritas muslim? pertanyaan ini sangat tepat sekali untuk konteks ini. dan bagaimana al quran sendiri berbicara mengenai hubungan muslim dengan non-muslim dalam ranah politik ini. 
Contoh konkritnya adalah negara Nigeria negara yang terletak di benua Afrika sebelah barat ini memiliki jumlah umat Islam yang membuat Nigeria sebagai negara dengan jumlah Muslim terbanyak keenam di dunia, yaitu sekitar 76 juta jiwa,pernah dipimpin oleh seorang kristiani yakni Olusegun Obasanjo yang menjabat sebagai presiden nigeria ke-12 menjadi presiden dari 29 mei 1999 – 29 mei 2007.
Dan begitu juga Senegal yang penduduknya 91% beragama  Muslim pernah dipimpin oleh Léopold Sédar Senghor presiden pertama senegal (1960-1980) yang beragama katolik roma.
Dan negara berikutnya adalah Libanon, dimana penduduknya yang 57% muslim dipimpin dari kalangan Kristiani Maronite (مارونية) yaitu Jenderal Michel Suleiman, Jenderal Émile Geamil Lahoud (24 november 1998-23 November 2007 )
Secara umum, ada dua klasifikasi pemikiran dalam masalah ini. Pertama, mereka yang melarang. Kedua mereka yang membolehkan adanya pemimpin dari kalangan non-muslim untuk daerah yang mayoritas muslim. Salah satu tokoh yang memperbolehkan  adanya pemimpin dari kalangan non-muslim untuk daerah yang mayoritas muslim adalah Dr Mujar Syarif Mag. Dosen Fakultas Syari'ah dan Hukum (FSH) UIN Jakarta ini berpendapat, kendati Indonesia merupakan negara berpenduduk mayoritas Muslim namun bukan berarti presiden harus beragama Islam.
Namun bagaimanakah Al-quran mengatur hubungan antara muslim dengan non muslim dalam ranah politik ? Berikut ayat-ayat yang berbicara tentang hubungan politik muslim dengan non-muslim.
  1. Dalil
 {An-Nisa’(4) ayat 141 dan Al-Mujadalah(58) ayat 22}
tûïÏ%©!$# tbqÝÁ­/uŽtItƒ öNä3Î/ bÎ*sù tb%x. öNä3s9 Óx÷Fsù z`ÏiB «!$# (#þqä9$s% óOs9r& `ä3tR öNä3yè¨B bÎ)ur tb%x. tûï̍Ïÿ»s3ù=Ï9 Ò=ŠÅÁtR (#þqä9$s% óOs9r& øŒÈqóstGó¡tR öNä3øn=tæ Nä3÷èuZôJtRur z`ÏiB tûüÏZÏB÷sßJø9$# 4 ª!$$sù ãNä3øts öNà6oY÷t/ tPöqtƒ ÏpyJ»uŠÉ)ø9$# 3 `s9ur Ÿ@yèøgs ª!$# tûï̍Ïÿ»s3ù=Ï9 n?tã tûüÏZÏB÷sçRùQ$# ¸xÎ6y ÇÊÍÊÈ  
141. (yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata: "Bukankah Kami (turut berperang) beserta kamu ?" dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: "Bukankah Kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?" Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman. (An-Nisa:141)

žw ßÅgrB $YBöqs% šcqãZÏB÷sム«!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ̍ÅzFy$# šcrŠ!#uqムô`tB ¨Š!$ym ©!$# ¼ã&s!qßuur öqs9ur (#þqçR%Ÿ2 öNèduä!$t/#uä ÷rr& öNèduä!$oYö/r& ÷rr& óOßgtRºuq÷zÎ) ÷rr& öNåksEuŽÏ±tã 4 y7Í´¯»s9'ré& |=tFŸ2 Îû ãNÍkÍ5qè=è% z`»yJƒM}$# Nèdy­ƒr&ur 8yrãÎ/ çm÷YÏiB ( óOßgè=Åzôãƒur ;M»¨Zy_ ̍øgrB `ÏB $pkÉJøtrB ㍻yg÷RF{$# tûïÏ$Î#»yz $ygÏù 4 š_ÅÌu ª!$# öNåk÷]tã (#qàÊuur çm÷Ytã 4 y7Í´¯»s9'ré& Ü>÷Ïm «!$# 4 Iwr& ¨bÎ) z>÷Ïm «!$# ãNèd tbqßsÎ=øÿçRùQ$# ÇËËÈ  
22. Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, Sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. meraka Itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. mereka Itulah golongan Allah. ketahuilah, bahwa Sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung. (al-Mujadalah:22)

  1. Tafsir dan Asbabun Nuzul
Dalam surat an-nisa’ ayat 141 tidak kami memukan latar belakang historis turunnya (asbabun nuzul) ayat ini.
Tafsir an-Nisa ayat 141:
  1. Ibnu katsir menafsirkan:
Allah ta’ala memberitahukan mengenai kaum munafik bahwa mereka menunggu-nunggu lenyapnya kekuasaanmu dan tampilnya kekuasaan kaum kafir atasmu, serta lenyapnya agamu. “Jika kamu mendapat kemenangan dari Allah” berupa pertolongan dan ghanimah “maka mereka berkata,’bukankah kami bersamamu ?’” ungkapan itu mereka sampaikan untuk meminta belas kasihan dari kaum mukmin. “Jika kaum kafir mendapat keberuntungan,” yakni mereka mendapat kemenangan seperti yang terjadi dalam peristiwa perang uhud, karena para rasul itu diuji kemudian mereka ,mendapat kesudahan yang baik,”maka mereka berkata,’bukankah kami membantu dan membelamu dari orang-orang yang beriman ?’” yakni, kami membelamu secara batiniah sebab mereka bersikap pura-pura baik terhadap kaum mukmin maupun kaum kafir agar mereka mendapat bagian keuntungan dan selamat dari tipu daya. Hal itu disebabkan karena lemahnya keimanan mereka. Allah Ta’ala berfirman,”Allah akan menghukumi diantara mereka pada hari kiamat.” Yakni, Wahai kaum munafik, Allah mengetahui isi hatimu, maka janganlah kamu terperdaya oleh hikmah yang terdapat dalam pemberlakuan hukum syariat atas kamu itu berdasarkan lahiriahmu, karena pada hari kiamat penampilan lahiriahmu itu tidak akan berguna lagi.
Firman Allah,”Sekali-kali tidak akan memberi jalan bagi kaum kafir untuk menghancurkan kaum mukmin.”maksutnya  Sekali-kali Allah tidak akan member jalan kepada kaum kafir untuk mengalahkan kaum  mukmin didunia, misalnya dengan berkuasanya kaum kafir secara menyeluruh atas kaum mukmin. Meskipun mereka terkadang berhasil, namun kesudahan yang baik tetap saja bagi orang-orang yang bertakwa di dunia dan di akhirat.
  1. Dalam tafsir jalalain :
(Yakni orang-orang) menjadi badal bagi "orang-orang" yang sebelumnya (yang menunggu-nunggu datangnya padamu) giliran peristiwa (jika kamu beroleh kemenangan) berikut harta rampasan (dari Allah, mereka berkata) kepadamu ("Bukankah kami bersama kamu") baik dalam keagamaan maupun dalam berjihad? Lalu mereka diberi bagian harta rampasan itu. (Sebaliknya jika orang-orang kafir yang beroleh nasib baik) berupa kemenangan terhadapmu (mereka berkata) kepada orang-orang kafir itu: ("Bukankah kami turut berjasa memenangkanmu) padahal kalau kami mau, kami mampu pula menahan dan memusnahkanmu tetapi itu tidak kami lakukan?" ("Dan) tidakkah (kami membela kamu dari orang-orang mukmin) agar mereka tidak beroleh kemenangan, yaitu dengan mengirim berita kepadamu, membukakan rahasia dan siasat mereka, hingga jasa besar kami itu tidak dapat kamu ingkari dan lupakan?" Firman Allah swt.: ("Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu) dengan mereka (pada hari kiamat) yaitu dengan memasukkanmu ke dalam surga dan memasukkan mereka ke dalam neraka. (Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang kafir terhadap orang-orang beriman.") maksudnya jalan untuk mencelakakan dan membasmi mereka
Tafsir Al- Mujadalah ayat 22:
Asbabun Nuzul:
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Abu ‘Ubaidah bin al-Jarrah (sahabat rasulullah) yang membunuh bapaknya (dari golongan kafir quraisy) dalam perang badar. Ayat ini menegaskan bahwa seorang mukmin akan mencintai Allah melebihi cintanya kepada sanak keluarganya sendiri.
  1. Dalam Tafsir Ibnu katsir:
Allah Ta’ala berfirman,”Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, Sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.” Yaitu,orang-orang yang beriman tidak akan menjalain cinta kasih dengan orang-orang yang menentang Allah dan rasul-Nya, sekalipun orang –oran g itu bapak-bapak atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.
Selanjutnya Allah berfirman,” Mereka Itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan  yang datang daripada-Nya.” Yaitu, orang yang mempunyai sifat tidak menaruh rasa cinta kepada orang-orang yang menetanga Allah dan Rasulullah, Walaupun orang itu adalah ayah dan saudaranya. Orang yang demikian termasuk orang yang telah dicatat oleh Allah keimanan di dalam hatinya dan menghiaskan keimanan itu dalam pandangannya.
Allah SWT. Berfirman,”Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya.” Di dalam ayat ini terkandung rahasia yang sangat dalam. Yaitu, ketika mereka membenci kaum kerabat dan keluarga sendiri karena Allah semata, maka Alllah akan menggantinya dengan kerelaan Allah terhadap mereka dan kerelaan mereka ridha terhadap-Nya. Yaitu, kerelaan dengan kenikmatan yang abadi,kemenangan yang tak tertandingi, dan karunia yang meliputi sisi-Nya.
 Allah ta’ala berfirman,”Mereka Itulah golongan Allah” yaitu, hamba-hamba dan orang-orang yang layak menerima kemurahan-Nya. Firman Allah,”ketahuilah, bahwa Sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.” Merupakan pujian terhadap kemenangan yang telah mereka peroleh di dunia dan akhirat, dan sebagai kebalikan dari golongan setan yang telah diceritakan.” Ketahuilah, sesungguhnya golongan setan itu adalah golongan yang merugi.” (al-Mujadalah:19)
Iwr& ¨bÎ) z>÷Ïm Ç`»sÜø¤±9$# æLèe tbrçŽÅ£»sƒø:$# ÇÊÒÈ  
  1. Dalam tafsir Jalalain:
(Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang) artinya berteman (dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya sekalipun orang-orang itu) yakni orang-orang yang menentang itu (bapak-bapak mereka) yakni bapak-bapak orang-orang yang beriman (atau anak-anak mereka, atau saudara-saudara mereka, atau pun keluarga mereka) bahkan orang-orang yang beriman itu pasti memusuhi mereka dan memerangi mereka demi keimanannya, sebagaimana yang dialami oleh sebagian para sahabat. (Mereka itulah) orang-orang yang tidak mau berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya (yang Allah telah menanamkan) yakni meneguhkan (keimanan dalam kalbu mereka dan menguatkan mereka dengan cahaya) yakni nur (dari-Nya) dari Allah swt. (Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka) karena ketaatan mereka kepada-Nya (dan mereka pun merasa puas terhadap-Nya) atas pahala. (Mereka itulah golongan Allah) artinya yang mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. (Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah yang beruntung) yang memperoleh keberuntungan.
  1. Pendapat Pro dan Kontra
Ayat-ayat larangan tentang menjadikan orang non-muslim sebagai penolong/ pemimpin sudah pasti memiliki konteksnya. Ini tentunya memerlukan penelitian lebih jauh lagi, apakah konteks ayat yang berisi larangan tersebut masih sesuai dengan konteks saat ini. Semua pemikiran ulama dan cendikiawan berangkat dari teks atau ada yang berangkat dari konteks. ini semua masalah interpretasi. betapa tidak karna semua ayat yang berkaitan dengan kepemimpinan dalam Islam memiliki keragaman pendapat diantara para ulama. Boleh jadi ulama-ulama yang masih memegang teks-teks yang melarang masih menganggap berlakunya konteks ayat tersebut dengan kontkes sekarang, namun sebaliknya bagi para ulama atau cendikiawan melihat bahwa ayat tersebut tidak lagi sesuai dengan konteks saat ini, akan berpendapat sebaliknya.
Mereka yang pro, berpendapat bahwa hukum dilarangnya mengangkat orang-orang Non-Muslim sebagai pemimpin karena adanya illat (alasan), yaitu adanya kekhawatiran dampak negatif bagi agama dan umat Islam. Selama pemimpin Non-Muslim tersebut diyakini mendatangkan keburukan atau kemudharatan, maka hukum memilihnya tidak boleh. Sebaliknya, bila keyakinan adanya bahaya itu tidak ada, maka hukumnya boleh. 
Pendapat mereka dilandaskan pada surat al-Mumtahanah ayat 8:
žw â/ä38yg÷Ytƒ ª!$# Ç`tã tûïÏ%©!$# öNs9 öNä.qè=ÏG»s)ムÎû ÈûïÏd9$# óOs9ur /ä.qã_̍øƒä `ÏiB öNä.̍»tƒÏŠ br& óOèdrŽy9s? (#þqäÜÅ¡ø)è?ur öNÍköŽs9Î) 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tûüÏÜÅ¡ø)ßJø9$# ÇÑÈ  
8. Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu (dari kalangan orang-orang kafir) karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil.
Dan surat al-Maidah ayat 8:
( Ÿwur öNà6¨ZtB̍ôftƒ ãb$t«oYx© BQöqs% #n?tã žwr& (#qä9Ï÷ès? 4 (#qä9Ïôã$# uqèd Ü>tø%r& 3uqø)­G=Ï9 ( (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 žcÎ) ©!$# 7ŽÎ6yz $yJÎ/ šcqè=yJ÷ès? ÇÑÈ  
8.dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum (yakni kepada orang-orang kafir), mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dan kita sering mendengar ada tokoh Muslim dan Sekular menggunakan fatwa Ibn Taimiyyah untuk menjustifikasi keabsahan penguasa Kafir. Dalam kutub rasail wa fatawa syaikh islam ibnu taimiyyah tertulis:
ولهذا كانت الذنوب ثلاثة أقسام أحدها ما فيها ظلم للناس كالظلم بأخذ الأموال ومنع الحقوق والحسد ونحو ذلك
 والثانى ما فيه ظلم للنفس فقط كشرب الخمر والزنا اذا لم يتعد ضررهما
 والثالث ما يجتمع فيه الأمران مثل أن يأخذ المتولى أموال الناس يزني بها ويشرب بها الخمر ومثل أن يزنى بمن يرفعه على الناس بذلك السبب ويضرهم كما يقع ممن يحب بعض النساء والصبيان وقد قال الله تعالى { ö@è% $yJ¯RÎ) tP§ym }În/u |·Ïmºuqxÿø9$# $tB tygsß $pk÷]ÏB $tBur z`sÜt/ zNøOM}$#ur zÓøöt7ø9$#ur ÎŽötóÎ/ Èd,yÛø9$# br&ur (#qä.ÎŽô³è@ «!$$Î/ $tB óOs9 öAÍit\ム¾ÏmÎ/ $YZ»sÜù=ß br&ur (#qä9qà)s? n?tã «!$# $tB Ÿw tbqçHs>÷ès? ÇÌÌÈ   }
وَأُمُورُ النَّاسِ تَسْتَقِيمُ فِي الدُّنْيَا مَعَ الْعَدْلِ الَّذِي فِيهِ الِاشْتِرَاكُ فِي أَنْوَاعِ الْإِثْمِ : أَكْثَرُ مِمَّا تَسْتَقِيمُ مَعَ الظُّلْمِ فِي الْحُقُوقِ وَإِنْ لَمْ تَشْتَرِكْ فِي إثْمٍ ؛ وَلِهَذَا قِيلَ : إنَّ اللَّهَ يُقِيمُ الدَّوْلَةَ الْعَادِلَةَ وَإِنْ كَانَتْ كَافِرَةً ؛ وَلَا يُقِيمُ الظَّالِمَةَ وَإِنْ كَانَتْ مُسْلِمَةً . وَيُقَالُ : الدُّنْيَا تَدُومُ مَعَ الْعَدْلِ وَالْكُفْرِ وَلَا تَدُومُ مَعَ الظُّلْمِ وَالْإِسْلَامِ . وَقَدْ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ { لَيْسَ ذَنْبٌ أَسْرَعَ عُقُوبَةً مِنْ الْبَغْيِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ } فَالْبَاغِي يُصْرَعُ فِي الدُّنْيَا وَإِنْ كَانَ مَغْفُورًا لَهُ مَرْحُومًا فِي الْآخِرَةِ وَذَلِكَ أَنَّ الْعَدْلَ نِظَامُ كُلِّ شَيْءٍ ؛ فَإِذَا أُقِيمَ أَمْرُ الدُّنْيَا بِعَدْلِ قَامَتْ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ لِصَاحِبِهَا فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ وَمَتَى لَمْ تَقُمْ بِعَدْلِ لَمْ تَقُمْ وَإِنْ كَانَ لِصَاحِبِهَا مِنْ الْإِيمَانِ مَا يُجْزَى بِهِ فِي الْآخِرَةِ )كتب ورسائل وفتاوى شيخ الإسلام ابن تيمية(
Karena itu, dosa bisa diklasifikasikan menjadi tiga macam: Pertama, dosa yang mengandung kezaliman kepada manusia. Seperti kezaliman dengan mengambil harta, menghalangi hak orang, dengki, dan sebagainya. Kedua, dosa yang hanya mengandung kezaliman kepada diri sendiri, seperti minum khamer dan zina, jika bahayanya tidak menimpa orang lain. Ketiga, dosa yang mengandung kedua-duanya, seperti orang yang mendapat amanah untuk mengurus urusan mengambil harta orang, yang harta tersebut dia gunakan berzina, dan dia gunakan minum khamer Allah SWT telah berfirman:
“Katakanlah, ‘Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.s. al-A’raf [07]: 33)
Urusan manusia di dunia ini akan tetap lurus bersama keadilan yang disertai dengan berbagai macam dosa, lebih lurus ketimbang urusan tersebut bersama kezaliman dalam hak, meski tidak disertai dengan satu pun dosa. Karena itu, ada yang mengatakan, “Sesungguhnya Allah akan menegakkan negara yang adil, sekalipun (negara itu) Kafir. Dan Dia tidak akan menegakkan negara yang zalim, sekalipun (negara itu) Islam.” Ada juga yang mengatakan, “Dunia akan tetap bertahan bersama keadilan dan kekufuran, dan tidak akan bertahan bersama kezaliman dan Islam.” Nabi saw telah bersabda:
“Tidak ada satu pun dosa yang lebih cepat dikenai siksa ketimbang kezaliman dan memutus hubungan kekerabatan.”
Orang zalim di dunia akan dilawan, meski di akhirat diampuni dan mendapatkan rahmat (belas kasih Allah). Itu karena keadilan merupakan aturan segala hal. Jika urusan dunia ditegakkan dengan adil, maka dunia tetap akan tegak, meski di akhirat orangnya tidak beruntung. Selama tidak ditegakkan dengan adil, maka dunia tidak akan tegak, meski orangnya beriman, dan di akhirat mendapatkan balasan atas keimanannya.
 Menurut penulis,sebenarnya penjelasan tersebut sebenarnya untuk mendorong keadilan, mencegah kezaliman dan bagaimana dampak keduanya terhadap kehidupan umat manusia. Dampaknya, keadilan akan menyebabkan tegak dan kokohnya negara. Sebaliknya, kezaliman akan menyebabkan runtuh dan rapuhnya negara. Apapun negaranya, baik negara Islam maupun Kafir.
Karena jika dipahami demikian (pembolehannya), tentu ini akan kontradiksi dengan penjelasan beliau dalam kitabnya yang lain. Dalam kitab as-Siyasah as-Syar’iyyah, beliau menyatakan:
وَإِنْ انْفَرَدَ السُّلْطَانُ عَنْ الدِّينِ أَوْ الدِّينُ عَنْ السُّلْطَانِ فَسَدَتْ أَحْوَالُ النَّاسِ وَإِنَّمَا يَمْتَازُ أَهْلُ طَاعَةِ اللَّهِ عَنْ أَهْلِ مَعْصِيَتِهِ بِالنِّيَّةِ وَالْعَمَلِ الصَّالِحِ
“Jika kekuasaan terpisah dari agama, atau agama terpisah dari kekuasaan, maka keadaan manusia akan rusak. Sesungguhnya Ahli tha’at itu hanya bisa dibedakan dengan ahli maksiat berdasarkan niat dan amal shalihnya.”
Penutup
Secara umum, ada dua klasifikasi pemikiran dalam masalah ini. Pertama, mereka yang melarang. Kedua mereka yang membolehkan adanya pemimpin dari kalangan non-muslim untuk daerah yang mayoritas muslim. Namun dalam al-Quran kita diperintahkan untuk memilih kaum muslim sebagai pemimpin dan penolong kita.
Sebenarnya  Masih ada ayat-ayat lain yang berbicara tentang mengangkat non-muslim sebagai pemimpin dan penolong. Setidaknya ada 12 termasuk dengan tiga ayat diatas.Ali-Imran ayat 28,Al-maidah ayat 51, Al-maidah ayat 57, an-Nisa ayat 144, al-Mumtahanah ayat 1, ali-Imran ayat 100 dan 118, al-Anfal ayat 73, at-taubah ayat 8 dan 71
Mereka yang memperbolehkan, berpendapat bahwa hukum dilarangnya mengangkat orang-orang Non-Muslim sebagai pemimpin karena adanya illat (alasan), yaitu adanya kekhawatiran dampak negatif bagi agama dan umat Islam. Selama pemimpin Non-Muslim tersebut diyakini mendatangkan keburukan atau kemudharatan, maka hukum memilihnya tidak boleh. Sebaliknya, bila keyakinan adanya bahaya itu tidak ada, maka hukumnya boleh. 
Referensi
Jalaluddin Asy-Syuyuthi & Jalaluddin Muhammad Ibn Ahmad Al-Mahalliy,Tafsir jalalain
Muhammad Nasih ar-Rifa’I, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir
K.H.Q.Shaleh H.A.A Dahlan, Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat al-Quran
   كتب ورسائل وفتاوى شيخ الإسلام ابن تيمية
أحمد بن عبد الحليم بن تيمية الحراني السياسة الشرعية في اصلاح الراعي والرعية